02 Juni 2012

Pucuk-pucuk Mimpi Tere yang Sirna


"Beban menjadi wakil rakyat itu luar biasa," ujar Tere Pardede, ketika mengumumkan pengunduran dirinya dari Dewan Perwakilan Rakyat dan Partai Demokrat. Ia kemudian menyanyikan sebuah lagu, Mengapa Ini Yang Terjadi.


Di akhir konferensi persnya di ruang wartawan DPR, Jumat (1/6) petang, politisi Partai Demokrat Theresia Ebenna Ezeria boru Pardede atau biasa disebut Tere didaulat wartawan untuk bernyanyi. Usai mengumumkan pengunduran dirinya sebagai anggota DPR, sekaligus Partai Demokrat, Tere memenuhi permintaan wartawan.

Perempuan Batak yang sejak SMP dekat dengan dunia musik ini pun melantunkan sebuah lagu berjudul "Mengapa Ini Yang Terjadi". Lagu ini menjadi lagu utama Tere yang dinyanyikan bersama penyanyi Valent dalam albumnya bertajuk "Sebuah Harapan" yang diluncurkan pada Oktober 2003.

Mari tengok sepenggal lirik yang Tere senandungkan di hadapan wartawan dengan suara lirih, seusai menyampaikan pengunduran dirinya. Tiada yang salah dengan perbedaan dan segala yang kita punya. Yang salah hanyalah sudut pandang kita. Yang membuat kita terpisah.

Keputusan Tere mundur dari DPR pertama kali disampaikan oleh Ketua Fraksi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (31/5). Menurut Nurhayati, Tere mengundurkan diri dari DPR karena ingin fokus mengurus ayahnya yang sedang sakit.

Baik Nurhayati dan sejumlah teman-teman di parlemen mengaku, keputusan Tere mundur dari parlemen pada sisa dua tahun menjelang pemilu cukup mengejutkan. Pada saat orang berebut dengan segala cara agar bisa duduk di parlemen, namun Tere justru mengundurkan diri.

Selain menyampaikan pengumuman mundur sebagai anggota DPR, dalam konferensi pers yang dilakukan tanpa ditemani satu pun anggota Fraksi Partai Demokrat, Tere menyampaikan informasi lain yang juga mengejutkan. Ia menyatakan mundur dari Partai Demokrat.

"Pengunduran diri saya tertulis pada 21 Mei lalu. Saya melayangkan (surat) untuk mundur dari DPR dan dari Partai Demokrat,” kata Tere yang menyampaikan pengunduran diri ditemani sang Ayah, Tombang Mulia Pardede, yang secara fisik luar tampak sehat.

Tere mengatakan, keputusannya mundur dari dunia politik telah dipikirkan sejak pertengahan tahun lalu. Sebelum memutuskan mundur, ia mengambil pelajaran dari banyak politisi sejumlah negara, terutama Jepang, yang mengundurkan diri sebagai pelayan publik karena terkait pelbagai kasus, misalnya, korupsi.

"Beban menjadi wakil rakyat itu luar biasa," ujarnya. Saat menceritakan pengalamannya sebagai politikus, Tere mengungkapkan bahwa jembatan antara teori-teori yang didapatnya saat kuliah di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, dengan fakta di lapangan belum sepenuhnya sinkron.

"Kontradiktif dengan apa yang saya dapat di kampus," ujar Tere yang juga masih satu almamater dengan Angelina Sondakh, mantan Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Demokrat yang menjadi tersangka kasus dugaan suap proyek Wisma Atlet.

Tere mengatakan, para pengajarnya di kampus memberikan gambaran tentang perpolitikan yang ideal. Teori dan praktik dijalankan beriringan. Namun, menurutnya, teori dan fakta di lapangan yang ia temukan ketika menjadi politisi sangat jauh berbeda.

"Profesor-profesor memberikan gambaran perpolitikan yang ideal. Banyak improvisasi (tak masalah). Kalau saya bilang di (dunia) musik, frekuensi tetap sama, (namun) tidak terdengar fals," katanya berusaha menggambarkan realitas politik yang dilihatnya selama hampir tiga tahun menjadi politisi.

Saat pertama kali memutuskan terjun ke dunia politik, kata Tere, dirinya memandang visi dan ideologi yang dimilikinya sejalan dengan Partai Demokrat. Namun dalam perjalanannya sebagai anggota DPR dari Partai Demokrat, kata dia, ia tidak menemukan dua hal tersebut. "Ini pembelajaran bagi kehidupan (saya)."

Namun, Tere mengaku tidak kecewa karena mendapatkan kenyataan bahwa visi dan ideologinya ternyata tidak sejalan dengan Partai Demokrat. "Saya hanya menyayangkan komitmen (rekan-rekan)," katanya. Tak akan mungkin melakukan perubahan jika tak ada perubahan dari diri sendiri, ujarnya.

Berdasarkan pengalamannya sebagai politisi, Tere pun mengatakan betapa susahnya menemukan sosok negarawan di negeri ini. Meski "menyayangkan komitmen" rekan-rekannya di Partai Demokrat, namun ia masih menaruh harapan ke beberapa rekannya.

Alasan Tere menarik diri dari dunia perpolitikan nasional yang tengah dirundung isu korupsi telah menggoda saya untuk kembali mendengarkan lagu "Kesepian Kita", yang pernah ia nyanyikan bersama Pas Band. Lagu ini telah melambungkan namanya di dunia tarik suara, 12 tahun silam.

Berikut sepenggal liriknya. Tapi kita juga pernah duduk bermahkota. Pucuk-pucuk mimpi yang berubah jadi nyata. Dicumbui, harumnya putik-putik bunga. Putik Impian yang membawa kita lupa. Hidup ini hanya kepingan yang terasing di lautan. Memaksa kita memendam kepedihan.

(Diterbitkan di Harian Sinar Harapan, Juni 2012)