21 April 2009

Sepatu Bot Kuning di Lumpur Situ


Foto: Rita Ayuningtyas/Kompas.com

DARI tepian sungai, Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan ditemani Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Aburizal Bakrie dan Menteri Pekerjaan Umum Joko Kirmanto berdiri memandangi tanggul Situ Gintung di Cirendeu, Ciputat, Provinsi Banten.

Tanggul yang sejak zaman Belanda belum pernah direnovasi karena luput dari perhatian pemerintah itu, Jumat dini hari kemarin jebol sebab tidak lagi kuat menahan limpasan air danau Situ Gintung. Jebolnya tanggul situ telah menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi warga yang menjadi korban.

Hingga Sabtu malam, sudah lebih dari 90 orang tewas. Jumlah tersebut kemungkinan terus bertambah, jika mengingat hingga saat ini masih banyak warga melaporkan anggota keluarganya yang masih hilang. Ratusan rumah warga yang diterjang air bah penuh dengan lumpur, terendam. Sebagian besar rumah hancur tak lagi berbentuk. Harta benda milik warga pun berserakan setelah dihantam arus besar.

Kalla yang merupakan "tamu" pertama mengunjungi lokasi Situ Gintung, datang dengan mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru muda yang dilipat hingga ke pangkal lengannya. Sepatu hitam mengkilat yang biasa dipakai Kalla telah bersalin rupa dengan sepatu bot berwarna kuning.

Kondisi medan yang berlumpur, mendorong Kalla dan Aburizal berganti sepatu bot. Selain agar dapat lincah bergerak dalam medan lumpur, juga agar sepatu dan celana yang mereka kenakan tetap terlindungi dari noda lumpur.

Menariknya, selain kehadiran Kalla sebagai "tamu" pertama di lokasi situ, dibalik sepatu bot berwarna kuning berlumpur yang dikenakan Kalla, tersirat sebuah pesan politik.

Kalla, yang sudah menyatakan diri siap menjadi calon presiden dari Partai Golkar pada Pemilu 2009, lewat sepatu bot berwarna kuning -warna kuning identik dengan Partai Golkar- berlumpur yang dipakainya itu seakan ingin memperlihatkan kepada warga bahwa dirinya dan partai yang ia pimpin mau berlumpur ria demi rakyat.

Manuver Kalla yang menyalip SBY dengan datang terlebih dahulu ke lokasi situ, membuat kubu SBY merasa seperti kecolongan. Seusai berkampanye untuk Partai Demokrat di Bandung, Jawa Barat, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat ini langsung memutuskan untuk meninjau lokasi situ. Jadwal kampanye SBY hari itu, seperti di Serang, ditunda untuk sementara.

Meski wakilnya Jusuf Kalla sudah sejak pagi berada di lokasi, Presiden Yudhoyono masih merasa harus hadir di lokasi. Besarnya nilai politik pemberitaan media massa dan perhatian masyarakat terhadap tragedi ini, merupakan alasan utama bagi SBY yang juga akan maju kembali dalam Pemilu 2009 hadir di lokasi.

Seperti tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang telah "terbuang", sampai-sampai salat Jumat rombongan SBY pun dilakukan di jalan tol Cipularang. Bahkan, saat kemacetan menghadang SBY memutuskan untuk naik motor pengawal presiden agar segera cepat sampai ke lokasi situ.

Di tengah-tengah "perlombaan" menuju lumpur Situ Gintung, sebuah gambaran yang kontrakdiktif muncul dari Menko Kesra Aburizal Bakrie, ketika saya mengetahui bos grup usaha Bakrie ini mau berjibaku dalam air berlumpur di Situ Gintung sejak pagi hari.

Sepanjang yang saya ketahui, Ical, baik sebagai Menko Kesra maupun bos dari usaha Bakrie, belum pernah sekali pun mengunjungi korban lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, yang hingga saat ini masih hidup menderita karena janji-janji perusahaan Bakrie yang selalu di atas ingkar.

Bahkan, untuk memastikan ingatan saya yang terbatas ini tidak salah, saya sampai harus menanyakan hal tersebut kepada teman saya yang memori ingatannya luar biasa tak terbatas, yaitu "profesor" Google. Ternyata, "sang profesor" idem dito. Sami mawon. Sama saja. Tidak ada satupun jejak informasi mengenai kehadiran Ical di Porong. Nihil.

Terlebih dengan uang ganti rugi sebesar Rp 49 miliar atau 80 persen dari sisa ganti rugi pembayaran yang harus dibayar oleh Bakrie ke warga korban Lapindo, sampai saat ini belum juga tuntas, meski Presiden Yudhoyono sudah menyampaikan kemarahannya kepada Nirwan Bakrie -saudara kandung dari Ical- saat dipanggil menghadap ke Istana.

Setidaknya, hingga catatan iseng ini selesai saya tulis apa yang dilakukan SBY, JK dan Ical merupakan "politik lumpur" menjelang pemilu.

Diposting pertama kali di Facebook, 29 Maret 2009.